Berada di Dusun Cabean, Desa Sugih Waras, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Goa Margo Trisno terkesan sangat magis. Sepanjang perut goa, gelap gulita. Cericit ribuan kelelawar menambah seramnya suasana. Terlebih, lokasinya goa itu sendiri berada di tengah belantara hutan jati Pegunungan Kendeng.
Goa Margo Trisno hanya bisa dicapai dengan jalan kaki, menyusur jalan setapak yang cukup terjal dan mendaki. Di pintu masuk lokasi terdapat sebuah sendang. Masyarakat sekitar goa menyebut sendang itu Ubalan.
Sementara kepercayaan masyarakat menyebut-menyebut, jika ingin kehidupan rumah tangga langgeng, hendaknya ngalab berkah di Goa Margo Tresno dan mandi Ubalan. Karena kepercayaan ini, tak heran bila goa nyaris tidak pernah sepi dari pengunjung. Rata-rata, pengunjung goa tersebut datang secara berpasang-pasangan.
Menurut warga sekitar, goa ini pernah menjadi tempat pertapaan Raden Alip, seorang bangsawan dari Demak yang juga pengikut Sunan Kalijaga, serta kekasihnya yang bernama Nur Siti. Pasangan yang sedang dimabuk asmara itu terpaksa bertapa di goa ini lantaran percintaannya diterpa suatu masalah.
Entah karena apa, orang tua Nur Siti ingin menjadikan anak perawannya ini sebagai tumbal. Agar hal itu tidak terjadi dan hubungan mereka tetap langgeng, Raden Alib memutuskan untuk membawa lari Nur Siti dan mencari ketentraman bersama. Dalam perjalanan, mereka menemukan sebuah goa yang berada di sebuah lereng bukit.
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk bertapa di goa ini, dan ternyata merasa mendapatkan ketentraman dan keabadian hubungan percintaan. Mereka pun mati Goa Trisno dan dimakamkan di suatu tempat yang tidak jauh dari goa. Oleh masyarakat sekitar, makam ini dikenal dengan nama Makam Tlimah.
“Dari riwayat inilah nama Margo Tresno berasal. Margo berarti jalan, dan tresno berarti cinta,” kata Tasmijan (52), juru kunci Goa Trisno dan Makam Tlimah. “Meski begitu, jangan sekali-kali menyalah gunakan tempat ini untuk perbuatan yang tidak baik, bila tidak ingin mendapat celaka,” lanjut Tasmijan.
Dari cerita para leluhur Tasmijan diketahui, bahwa jauh sebelum dipakai bertapa oleh Raden Alib dikuasai dan Nur Siti Goa Margo Tresno juga pernah dipakai prajurit Majapahit sebagai jalan (terowongan) rahasia. Jalan ini bisa tembus sampai Bojonegoro dan Tuban Waktu itu sedang terjadi pemberontakan Ronggo lawe, agar tidak diketahui oleh musuh, pasukan Majapahit menggunakan lorong goa ini sebagai jalan rahasia untuk menyusup ke wilayah Tuban dan Bojonegoro yang dikuasai Ronggolawe Adanya lorong Goa yang dipercaya tembus sampai Bojonegoro mungkin bukan sekedar cerita. Ketika memasuki goa yang banyak dihuni kelelawar ini, kita akan menemukan dua lorong yang berlawanan arah; yang ke selatan langsung tembus ke atas (Goa Lemah Jeblong) dan satu lagi ke utara yang sampai sekarang masih menjadi misteri. Mungkin lorong yang ke utara ini lah yang bisa tembus sampai ke Bojonegoro.
Diterangkan Disparda Kabupaten Nganjuk, di sekitar goa yang ruangan depannya memiliki luas lebih kurang 15 m X 50 m ini, juga terdapat goa-goa lain seperti Goa Gondel, Goa Bale, Goa Pawon, Goa Omah dan Goa Landak. Goa-goa tersebut kemungkinan besar saling berhubungan satu sama lain.
Meski Goa Margo Tresno dipercaya membawa ketentraman dan kelanggengan rumah tangga bagi orang yang memasukinya, masyarakat sekitar ternyata tidak dapat menikmati berkah ini. Hanya orang- orang di luar wilayah Ngluyu yang bisa merasakannya. “Orang sini menganggap biasa keberadaan goa ini, tidak mempunyai arti apa-apa, orang luar yang lebih percaya bahwa bila masuk atau bersamadi di goa ini akan mendapat berkah,” kata Suwanto, salah seorang warga sekitar goa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar